Jumat, 24 Desember 2010

Sukses Butuh Perjuangan

“Teng…teng…teng”. Suara itu membubarkan gerombolan anak yang sedang duduk di teras depan kelas di sekolahku SMAGA. Iya, aku adalah salah satu siswi SMAN 3 Jakarta atau akrab disebut dengan SMAGA .Namaku Puspita Sari, akrab dengan sebutan Sari.
            “Sar…”, panggil temanku Vira.
            “Iya, ada apa?”
            “Kamu tadi pagi dicari ama Pak Ivan”
“Ha…Pak Ivan??? Tumben Mr. Cool nyariin aku”,sahutku dengan mengerutkan dahi.
“Ya nggak tau, nanti kamu disuruh ke ruang guru waktu istirahat pertama”,jelas Vira.
“Oh iya, makasih”
Aku masih memikirkan kata-kata dari Vira, aku bertanya-tanya dalam hati. “Ada apa ya kira-
kira Pak Ivan nyariin aku???Apakah nilai ku ada yang kurang???Atau jangan-jangan nilai ulangan
harianku kemarin mendapat nilai terjelek???”
            “Let’s pray”,suara Jono si ketua kelas yang besar dan keras membubarkan angan-anganku. Aku menundukkan kepala dan berdoa sejenak. “Tuhan, kiranya berilah aku kepandaian dan kelancaran
dalam mencari ilmu, supaya kelak aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku, Amin”, doaku dalam hati.
            Tak lama kemudian Bu Hartina, guru mata pelajaran Pkn memasuki ruangan kelas.
            “Selamat Pagi anak-anak!”, salam pembuka dari Bu Hartina.
            “Selamat Pagi bu!”,jawab seisi kelasku dengan suara serempak. Menurut kami Bu Hartina memiliki suara yang khas dan unik. Sehingga membuat kami memasang muka ceria ketika bertemu dengan beliau.
            “You are My Queen”, suara Yayang yang memulai kegaduhan di kelas
“Ah, Yayang...nggak Bu Hartina nggak Bu Ningsih semuanya dibilang My Queen”,sahut Retno yang duduknya di depan Yayang.
“Ya…emang mereka semua kan My Queen gitu loch”,jawab Yayang dengan ekspresi lebay.
“Ah, Yayang gombal ah”,sahut Ica membela Retno.
“Hai anak jelek”, tradisi kata-kata Bu Hartina yang menandakan beliau terganggu dengan suara gaduh kami.
Akhirnya, pelajaran pertama kita lalui dengan suasana ceria dan hangat. “Teng…teng…teng”,suara bel istirahat pertama berbunyi. Aku beranjak dari tempat dudukku untuk menemui Pak Ivan di ruang guru.
Setibanya di ruang guru tiba-tiba terdengar suara laki-laki memanggilku. “Sari, tolong kamu kesini”,
“Deg…”. Ternyata suara Pak Ivan yang memanggilku.
Aku pun berjalan menghampiri meja Pak Ivan dengan penuh kata Tanya. Dan aku dipersilahkan duduk oleh Pak Ivan di depan mejanya.
“Haduh, Ya Tuhan tolong aku apa yang akan terjadi dengan aku, jangan sampai aku dimarahi Pak Ivan gara-gara nilaiku ancur”,kata ku dalam hati.
“Sar, kamu tahu kenapa bapak memanggilmu ke sini???”,Tanya Pak Ivan guru paling cool itu kepadaku.
“Tidak Pak…Apakah saya melakukan kesalahan ketika bapak mengajar di kelas atau saya dipanggil karena nilai saya jelek???”,jawabku dengan nada kebingungan.
“Hahaha…kamu itu lucu sekali…siapa yang mau memarahi kamu Sari”,jawab Pak Ivan dengan nada tertawa kepadaku.
“Jadi…”,jawabku dengan nada kebingungan.
“Sari…Sari…bapak menyuruhmu kesini untuk memberitahukan kepadamu bahwa kamu dua minggu ke depan kamu akan mewakili sekolahmu untuk mengikuti olimipiade Biologi se-DKI Jakarta.”, kata Pak Ivan sambil tersenyum kepadaku.
“Haa??? Apa itu benar pak???”,jawabku dengan ekspresi kaget.
“Iya Sari, mulai besok kamu bisa ikut bimbingan, setiap pulang sekolah kamu menemui bapak”,jawab Pak Ivan.
“Tapi pak…apakah saya mampu untuk mengikuti olimpiade tersebut??? Lagi pula saya ini kan masih kelas X jadi, pengetahuan saya tentang Biologi masih sangat kurang”,kata ku dengan nada merendah.
“Saya yakin kok kamu memiliki potensi di bidang ini, pasti kamu bisa jika kamu mau berusaha”,jelas Pak Ivan.
“Iya pak, akan saya usahakan”jawabku dengan kurang percaya diri.
“Baiklah kamu boleh kembali ke kelas”
“Baik pak, terima kasih’,jawabku.
“Ya Tuhan apakah aku mampu untuk mengikuti olimpiade itu, sedangkan pengetahuan aku tentang Biologi masih sangat kurang,apalagi waktunya mepet banget”, kata ku dalam hati sambil berjalan mondar-mandir didepan ruang kelas ketika istirahat kedua.
“Sari!!!”, teriak sahabatku,, Rosa namanya.
“Iya Ros, ada apa???”, jawabku sambil menoleh ke arah Rosa.
“Kamu kenapa Sar? Kok kamu kelihatan kebingungan gitu? Apa yang udah terjadi?”, Tanya Rosa sambil mengajakku duduk.
“Aku bingung Ros… Kenapa ya Pak Ivan memberikan tugas yang begitu berat kepadaku??? “, jawabku dengan wajah gelisah.
“Emang tugas apa sih Sar? Kok sampai membuat kamu gelisah kayak gitu?”,Tanya Rosa kepadaku sambil mengerutkan dahi.
“Aku disuruh mewakili sekolah untuk ikut olimpiade bio ros. Apa lagi waktunya mepet banget, di samping itu kan aku masih kelas X ros, jadi masih banyak materi yang belum aku pelajari”, jawabku sambil menopang dagu.
“Oualah…”, kata Rosa sambil mengangguk-anggukkan kepala. “Tapi aku yakin kamu pasti bisa. Tetap semangat ya teman!”.jawab Rosa sambil memberikan support kepadaku.
“Makasih ya Ros buat dukungannya.”,kata ku.
“Sama-sama Sar, sudah sepatutnya aku memberikan dukungan yang positif kepada best friend ku”, jawab Rosa sambil tersenyum.
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar, karena waktu itu ayah dan ibuku masih di luar negeri untuk mencukupi kebutuhan kami sekeluarga, sedangkan aku di rumah bersama dengan bibi Inah, ia adalah orang kepercayaan orang tua ku untuk menjaga seisi rumah. Di kamar aku duduk termenung sambil melihat kalender yang ada di atas meja belajarku.
“Apakah waktu 2 minggu cukup untuk memahami dan menguasai materi biologi kelas X sampai XII???”,gumamku dalam hati.
“Ya Tuhan tolonglah aku, berikanlah aku petunjukmu untuk menghadapi semua ini, hanya Engkau Tuhan satu-satunya yang bisa menolongku”, kataku dalam hati dengan menaruh banyak harapan.
Kemudian aku mengalihkan pandanganku keluar jendela kamarku. Aku melihat di sana ada seekor anak burung Elang yang sedang hinggap di pohon jati. Anak burung itu berusaha untuk bisa terbang, untuk mencapai suatu tempat yang ingin ia singgahi. Meskipun ia jatuh berkali-kali, tetapi anak burung itu tidak patah arang, ia berusaha untuk mencoba dan terus mencoba. Dan pada akhirnya ia berhasil untuk terbang dan mengepakan sayapnya menuju ke tempat yang ia cita-citakan. Sungguh perjuangan yang sangat melelahkan untuk menuju ke suatu tempat yang diidam-idamkan.
“Yaaa…akhirnya aku mulai sadar, bahwa aku harus berjuang, berjuang untuk meraih apa yang aku impikan. Aku harus mencoba dan terus mencoba meskipun banyak tantangan, halangan, dan rintangan yang harus aku hadapi. Aku tidak boleh mundur sebelum berperang. Yaa … kesuksesan memang membutuhkan suatu perjuangan”, kataku dalam hati setelah melihat dan terinspirasi oleh anak burung elang.
Keesokan harinya ketika aku istirahat di sekolah, aku langsung bergegas menuju perpustakaan sekolah untuk meminjam buku-buku Biologi kelas X sampai XII.
“Hai Sari…”,sapa penjaga perpustakaan dengan senyum ramah kepadaku.
“Pagi bu”, jawabku dengan sedikit melontarkan senyum.
“Kamu mau mencari buku apa Sari?”,tanya penjaga perpustakaan kepadaku.
“Aku mencari buku materi Biologi kelas XI dan XII bu”,kataku sambil melihat-lihat seisi ruangan perpustakaan.
“Wah, kamu rajin sekali Sar? Sampai-sampai buku kelas XI dan XII kamu pelajari”,jawab penjaga perpustakaan.
“Bukannya rajin bu, melainkan aku terdesak untuk mempelajarinya untuk mengikuti olimpiade Biologi se-Jakarta…Saya ragu bu, apakah saya bisa mempelajari semua materi itu dalam waktu 2 minggu…”,jawabku dengan menggaruk-garuk kepalaku.
“Tapi jikalau kamu mau berusaha dan terus belajar ibu yakin kamu pasti bisa”,kata Bu Nina kepadaku sambil mencari buku-buku Biologi di katalog.
“Baiklah bu, saya akan mencobanya”,kataku sambil menundukkan kepala.
“Nah, ini dia sudah ketemu bukunya, buku ini kan yang kamu cari???”, tanya Bu Nina kepadaku dengan senyuman.
“Iya bu betul…betul, buku ini yang saya cari. Terima kasih banyak ya bu”, jawabku dengan senyum puas.
“Sama-sama Sari … Tetap semangat ya Sari. Berikan yang terbaik untuk SMAGA!”,kata Bu Nina sambil menepuk pundakku.
Jarum jam menunjukkan pukul 14.00. “Huft…waktunya ke ruangan pak Ivan untuk mengikuti bimbingan”.
“Tok…tok…tok… selamat siang pak, bolehkah saya masuk?”, tanyaku kepada pak Ivan.
“Oh, iya…iya silahkan masuk…”, jawab Pak Ivan dengan ramah.
“Pak, saya sudah mendapatkan buku-buku Biologi kelas X sampai XII di perpustakaan sekolah” kataku kepada pak Ivan.
“Bagus, kamu memang anak yang rajin Sari, tapi jangan lupa untuk kamu pelajari. Dan jika merasa kesulitan kamu bisa Tanya kepada bapak”
“Baik pak …”,jawabku.
“Nah, sekarang kita bisa mulai bimbingannya. Kali ini yang akan kita pelajari adalah sel tubuh manusia”,terang pak Ivan sambil menulis di white board.
Sekitar 2 jam bimbingan itu berlangsung dengan lancar. Kemudian aku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku langsung ganti pakaian dan makan siang. Setelah itu aku langsung membuka dan mempelajari buku-buku yang telah aku pinjam di perpustakaan.
“Target aku hari ini adalah mempelajari materi Biologi kelas XI sampai bab ke 2, aku harus bisa”, kata ku dalam hati dengan penuh semangat.
Demikian hari demi hari aku lewati dengan penuh perjuangan demi mendapatkan apa yang aku inginkan. Belajar dan terus belajar agar kelak aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku dan memberikan yang terbaik untuk sekolahku.
“Kukuruyuk…kukuruyuk…”, suara kokok ayam jantan yang membangunkan aku dari tidurku.
 “Huft…hari sudah pagi, sudah waktunya aku untuk berangkat ke sekolah”, kataku sambil menguap dan meregangkan tubuhku.
Ketika aku sampai di sekolah, aku tidak mengikuti pelajaran seperti biasa, karena aku dispensasi untuk mengikuti bimbingan olimpiade Biologi, mengingat hari H sudah semakin dekat.
“Pagi Pak Ivan…”, salamku pada pak Ivan.
“Pagi Sari … Bagaimana??? Apakah ada kesulitan lagi???”, Tanya pak Ivan kepadaku sambil mempersilahkan aku duduk.
“Iya pak, masih ada beberapa bab yang belum saya pahami. Terutama mengenai Dihibrida”, jawabku kepada Pak Ivan.
“Baiklah, saya akan menjelaskannya kepadamu, perhatikan baik-baik ya Sari. Oh iya, setelah saya terangkan bab Dihibrida, saya akan beri kamu soal-soal latihan. Ingat hari H kurang 3 hari lagi”
“Iya pak saya akan berusaha sebisa saya.”
Sore harinya, setelah belajar materi terakhir, aku duduk-duduk di gazebo sambil menikmati pemandangan di taman belakang rumah. Di sana terlihat bi Inah yang sedang menyiram tanaman.
Aku duduk termenung sambil menopang dagu. “Kira-kira kapan orang tuaku datang ke Jakarta, aku sangat rindu dengan mereka”, kataku dalam hati.
Tiba-tiba bi Inah datang dan menepuk pundakku dari belakang dan membubarkan lamunanku, “Ada apa to sebenarnya nduk??? Datang-datang kok sudah memasang wajah suntuk seperti ini … kalau ada masalah mbok ya crita to nduk…”
“Nggak kok bi, aku nggak apa-apa…hanya aja aku kangen dengan ayah dan ibu. Kira-kira kapan ya bi mereka datangnya???”, jawabku sambil melepas pita yang mengikat rambutku.
“Mbok ya sedikit sabar to nduk, ayah dan ibumu itu keluar negeri  untuk bekerja keras bukan untuk bersenang-senang, tetapi mencukupi kebutuhan keluarga, demi masa depanmu juga nduk. Mungkin tidak lama lagi mereka juga akan pulang”
“Tapi kapan bi??? Mereka udah setahun ninggalin aku sendirian bi… Bibi bilangnya kok sebentar lagi sebentar lagi melulu, tapi nyatanya ayah dan ibu belum juga datang”, jawabku dengan nada tinggi.
“Ya bukannya begitu nduk… Doakan saja supaya mereka sehat-sehat saja, dan rejekinya lancar. Supaya mereka bisa ke Jakarta dan bertemu lagi dengan kamu nduk”, kata bi Inah sambil memelukku dan mengelus-elus rambutku.
“Iya bi, aku mengerti sekarang. Aku akan selalu mendoakan mereka, agar mereka selalu dilindungi oleh Tuhan dimanapun mereka berada dan selalu dilimpahkan rejekinya”
“Aminn. Nah, begitu baru yang namanya Sari. Sekarang kamu cepetan mandi ya nduk, hari sudah mulai gelap”
“Baik bi”, kata ku sambil pergi bergegas menuju kamar untuk mandi.
Jam dinding kamar menunjukkan pukul 9 malam.
“Hoaamhh… sudah jam 9 malam, waktunya untuk istirahat”, kataku sambil menguap karena ngantuk dan kecapekan.
“Huft…latihannya tinggal besok”, kataku sambil memandangi kalender di atas meja belajarku. “Aku harus semangat. Ayo Sari tetep semangat, masa kamu kalah ama anak burung elang. Burung elang aja bisa mencapai apa yang diinginkan…masa kamu kalah sih ama mereka??? Nggak, aku nggak boleh kalah, aku nggak boleh nyerah, kesuksesan udah ada di depan mata”, ucapku dalam hati dengan penuh harapan.
Keesokan harinya…
 “Selamat Pagi pak”
“Selamat pagi Sari. Hari ini saya akan memberikan kamu soal latihan. Soal ini adalah olimpiade Biologi tahun lalu”, jawab Pak Ivan sambil memberikan kertas soal kepadaku.
Jarum jam mulai merapat ke pukul 9. Dan aku sudah selesai mengerjakan soal-soal.
“Pak saya sudah selesai, sesuai dengan waktu yang diberikan”, kataku sambil menyodorkan lembar jawaban kepada pak Ivan.
Beberapa saat kemudian Pak Ivan selesai mengoreksi jawabanku.
“Wah, hebat kamu Sari, hampir 90% kamu menguasai materi ini”, kata beliau sambil mengangguk-anggukkan kepala .
“Ah, apakah itu benar pak???”, jawabku seraya terkejut.
“Iya Sari… bapak yakin kamu pasti bisa menjadi pemenang, berdoa sajalah Sari”, jawab Pak Ivan sambil tersenyum.
“Aminn…mudah-mudahan saja begitu pak.
Waktu itu jarum jam mulai merapat ke angka 9 malam. Tepat setelah aku selesai mengerjakan soal-soal latihan.
“Kok aku jam segini belum ngantuk-ngantuk ya…”, kataku sambil membuka gorden jendela kamarku
Aku mengalihkan pandanganku keluar jendela. Di sana aku menatap bulan purnama bersinar terang, memancarkan sinar yang menghangatkan kalbu dan bintang-bintang dengan gemerlap cahayanya bertaburan di angkasa. Seolah-olah bulan dan bintang itu memberikan aku suatu harapan. Harapan untuk meraih segala impianku. Dan aku berdoa dalam hati, “Tuhan, kiranya berikan aku kemudahan dan untuk mengerjakan soal-soal olimpiade dan yang terpenting aku pengen sekali bertemu dengan orang tuaku, aku berharap bisa bertemu dengan mereka lagi, aku sangat merindukan dekapan dari hangat kasihnya orang tua kepada anaknya. Aminn.”
Mengingingat hari sudah semakin malam, aku langsung membaringkan diri di atas ranjang. Dan berusaha untuk tidur walau itu sulit sekali.
“Kukuruyuk…kukuruyuk”, suara ayam jantan berkokok membangunkan aku dari tidurku.
Aku langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk mengikuti olimpiade.
Sekarang jarum jam tepat menunjukkan pukul 7 pagi, hari Rabu tanggal 20 Mei 2010. Aku dan Pak Ivan sudah sampai di lokasi olimpiade Biologi, tepatnya di Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Sebelum lomba dimulai kami melakukan registrasi terlebih dahulu. Kemudian masing-masing peserta memasuki ruangannya masing-masing.
“Sar, jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan soal, bapak yakin kamu bisa”, kata Pak Ivan sebelum aku memasuku ruangan
“Baik pak, doakan saya agar berhasil”, jawabku sambil memasuki ruangan.
Setelah semua peserta memasuki ruangan, pengawas ruangan pun datang.
“Baik, 5 menit lagi akan dimulai”, kata pengawas ruangan sambil membagikan soal-soal.
“Tuhan, kiranya berikan aku kemudahan dan kelancaran, aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku, aku tidak ingin mengecewakan mereka, Amin”, doaku dalam hati.
“Teet…teet…teet”, bunyi bel pertanda lomba dimulai.
Aku mengerjakan soal dengan teliti dan hati-hati, dan aku bisa menjawab semua soal yang diberikan meskipun ada beberapa nomor yang aku rasa sulit.
“Teet…teet…teet”, bunyi bel pertanda waktu mengerjakan soal sudah selesai.
Akupun meninggalkan ruangan dan menuju ke aula untuk menunggu hasil pengumuman.
“Bagaimana tadi Sar??? Apa kamu bisa mengerjakan???” Tanya Pak Ivan kepadaku.
“Bisa pak, tapi ada beberapa soal yang saya rasa sulit”
“Ah, bapak yakin kamu lolos”, kata Pak Ivan penuh dengan keyakinan.
“Aminn”
Dua jam kemudian hasil pengumuman pun sudah ada.
Ketua pelaksana memberikan pidato sambutan dan mengumumkan siapa yang akan maju di babak Final.
Setelah beberapa sekolah yang masuk pun disebutkan. Akhirnya…
“Dan peserta terakhir yang masuk babak Final adalah…”
“Deg…deg…”, suara jantungku berdetak kencang,
“SMA… 3 Jakarta dengan nama peserta Puspita Sari”
“Haa??? I..Itu A..aku… Aku masuk Final??? Terima kasih Tuhan.”, jawabku dengan mata sedikit berkaca-kaca.
“Babak Final akan dimulai besok pukul 9 pagi”, kata panitia olimpiade sambil menutup acara”
“Wah, selamat ya Sari… Apa yang bapak bilang, kamu pasti bisa…hahaha”, kata Pak Ivan dengan senyum bangga.
“Iya pak  terimakasih juga atas bimbingan bapak selama ini”
Ketika di rumah aku belajar dan latihan lagi. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar, “Tok…tok…tok”.
“Iya masuk”, jawabku dengan nada tingggi.
Ternyata bi Inah yang datang ke kamar ku untuk memberikan makan malam dan segelas susu, “Ini nduk makan malam dan susunya, jaga kesehatan ya nduk apalagi besok masih ikut lomba lagi.”
“Iya bi sebentar lagi juga selesai kok, terima kasih ya bi” “Sama-sama nduk, kalau capek istirahat”, kata bi Inah sambil menutup pintu kamar.
Sejam kemudian aku merasa ngantuk dan juga kecapekan.
Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat, tetapi sebelum istirahat aku berdoa kepada Tuhan, supaya apa yang aku impikan bisa tercapai.
Pagi ini adalah pagi yang cerah, kicauan burung bernyanyi yang  mengiringi matahari terbit dari tempat peraduannya. Suasana yang membuatku penuh dengan semangat.
Kemudian aku bangun dan mandi, untuk berangkat menuju ke lokasi olimpiade.
Meskipun lomba dimulai pukul 9 tetapi kami tetap berangkat jam 7, agar kami bisa bersiap-siap.
Tak lama lagi jarum jam merapat ke pukul 9. Babak Final akan dimulai, di babak ini yang digunakan adalah sistem adu cepat, di babak ini tak hanya dituntut untuk menjawab dengan cepat tetapi tanganku juga harus cekatan dalam memencet bel.
“Waduh … bagaimana ini pak??? Kok lombanya seperti ini???”, jawabku dengan sedikit gelisah.
“Kamu tenang saja, tidak usah panik, kamu harus yakin pada dirimu sendiri bahwa kamu pasti bisa”, jawab Pak Ivan memberikan aku semangat.
Kemudian aku duduk di bangku yang di mejanya sudah disiapkan bel, untuk menjawab pertanyaan.
Sistem lomba yang belum pernah aku ikuti sebelumnya itu membuat aku sedikit keteteran di awal. Beruntung setelah diberikan beberapa soal aku mulai terbiasa.
 Satu setengah jam babak adu cepat berlangsung. Aku tidak percaya, bahwa aku bisa menjawab soal yang diberikan secara lesan dengan cepat.
Kemudian hasil penilaian pun diumumkan. Setelah Juara 3 dan runner up pun diumumkan, aku jadi tambah deg-degan. Tak lama kemudian terdengar suara ketua panitia yang ditunggu-tunggu oleh sekolah-sekolah se-DKI Jakarta.
“Deg … deg… deg…”, suara detak jantungku pun berdegup kencang.
“Dan Juara Pertama adalah SMA… SMA 3 Jakarta dengan nama peserta Puspita Sari”
“Apa??? Aku sangat bahagia sekali sekaligus tidak percaya ya Tuhan, Engkau sungguh baik Tuhan”, kataku sambil menangis karena bahagia.
Ketika penyerahan medali dan tropi, para finalis naik ke atas panggung untuk diberikan penghargaan. Waktu itu hal yang tidak aku duga terjadi…

Terlihat seorang laki-laki dan perempuan paruh baya memasuki aula. Tak kusangka mereka adalah orang tuaku.
Setelah penyerahan medali dan tropy aku langsung turun ke bawah untuk menemui dan memeluk mereka.
“Ayah…Ibu…”, teriakku mengalihkan perhatian orang-orang seisi aula.
“Kami sangat bangga padamu nak, kau berhasil membuat orang-orang di sekitarmu bahagia”, seru ayahku sambil memelukku.
“Kami tidak akan meninggalkanmu lagi nak”, kata ibu sambil memelukku erat-erat.
“Benarkah itu bu??? Tapi bagaimana dengan pekerjaan ibu dan ayah???”, tanyaku sambil meneteskan air mata kebahagiaan.
“Kami sudah mengurusi surat pindahan anakku, mulai sekarang kita bisa berkumpul lagi seperti dulu”,jawab ibu sambil mengelus-elus rambutku yang terurai.
“Terimakasih ibu”
 “Selamat ya Sari kamu memang murid bapak yang bisa dijadikan teladan, dan akhirnya kamu bisa berkumpul lagi dengan orang tuamu”, kata Mr. Cool memberikan semangat.
“Terima kasih juga pak, karena bimbingan bapaklah saya bisa menjadi seperti ini”
Kemudian acara itupun ditutup. Ketika kami akan pulang aku terkejut, di depan aku dijemput oleh sopir dengan menggunakan mobil mewah.
“Silahkan masuk tuan putri”, kata ayahku sambil tersenyum.
“Ayah…apakah benar ini mobil kita???”, sahutku dengan sedikit tidak percaya.
“Iya anakku, ini adalah mobil hasil kerja ayah dan ibu mu, Puji Tuhan kami lagi mendapatkan rejeki, kamu bisa menggunakannya kapan saja kamu mau”, jawab ibu dengan nada lembut.
“Benarkah bu??? Terima kasih banyak, tetapi seharusnya ayah dan ibu tidak perlu repot-repot sampai beli mobil mewah segala”
“Ah, tidak apa-apa anakku ayah dan ibumu sudah berhasil, jadi apa salahnya jika kita membeli mobil. Ayah dan ibumu juga udah mempunyai perusahaan di Jakarta, makanya kita memilih pulang ke Indonesia”, jawab ibu dengan senyum bahagia.
“Wah … aku juga bangga dengan ayah dan ibu, ayah dan ibu adalah orang terhebat yang pernah aku temui”, jawabku dengan senyuman yang terlontar di bibirku.
“Sama-sama anakku, kau juga hebat, ceritanya kita teruskan di rumah ya Sari, ibu punya sesuatu buat kamu”
Akhirnya kami pulang ke rumah dengan rasa bahagia dan damai, karena apa yang aku impikan selama ini dikabulkan oleh Tuhan…
Ya… memang benar,,, kalau kita ingin sukses, ingin berhasil kita harus berjuang, berusaha mendapatkan apa yang kita impikan.


Oleh : Mia Nugraha

Kamis, 23 Desember 2010

Memori pada Manusia

Menurut Colin Rose dan Malcolm Nicholl dalam bukunya Acclerated Learning For The 21 Century menjelaskan bahwa menurut teori mutakhir, sebenernya ada 5 tipe memori. Seorang pakar ilmu saraf, Dr. Murray Grossman dan rekan-rekannya di Pusat Medis Universitas Pennsylvania, AS, menawarkan teori ini. Kita dapat mengingatnya dengan menggunakan singkatan W-I-R-E-S. Kelima memori itu adalah sebagai berikut :

1. Work (kerja).

Memori ini adalah memori jangka (sangat) pendek, nggak lebih dari beberapa detik lamanya. Berada pada bagian cortex prefrontal. Ia memungkinkan kita menyimpan dan mengingat beberapa hal pada saat yang sama. Misalnya aja, dalam percakapan, memori kerja ini memungkinkan kita ingat permulaan suatu kalimat sampai si pembicara mengakhirinya. Memori kerja ini juga memungkinkan kita menjalankan beberapa fungsi pada saat yang sama. Contohnya, melambaikan tangan untuk menarik perhatian seseorang seraya berbicara dengan orang lain dan membuka surat. Pada banyak orang, memori kerja mulai kehilangan efisiensinya setelah usia empat puluh.

2. Implicit(Implisit)

Sesekali kita belajar bagaimana melakukan sesuatu, seperti mengendarai sepeda, mengemudi mobil, atau berenang, kemungkinan besar kita nggak akan pernah lupa bagaimana melakukannya. Kita sering menyebut memori ini “memori otot” atau “memori implicit”, memori yang tidak menuntut kesadaran. Hal itu menjelaskan mengapa kita dapat “kehilangan ingatan” ketika berada di belakang kemudi mobil dan mendapati dengan kaget bahwa kita telah tiba di tempat tujuan. Keterampilan-keterampilan lain yang menuntut ingatan otomatis terhadap serangkaian gerakan juga tidak hilang. Hilangnya memori implisit (yang disimpan di dalam otak kecil) merupakan tanda mental yang cukup serius.

3. Remote (Jarak jauh/jangka panjang)

Memori ini adalah akumulasi data sepanjang hidup mengenai beragam topik yang luas. Kemampuan memori jauh tersebar ke seluruh cortex otak, kemampuan ini cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tapi, penurunan itu boleh jadi terkait dengan masalah pemerolehan kembali pada diri seorang lansia yang harus berusaha lebih keras untuk menyaring memori melalui peningkatan akumulasi pengetahuan.

4. Episodic

Memori ini terbentuk dalam hippocampus. Episodic adalah memori dari pengalaman pribadi yang spesifik, contohnya aja seperti makanan yang kita pilih di sebuah restoran pekan lalu, skor pertandingan sepak bola, alur cerita film yang kita tonton, tempat kita memarkir motor. Ketika informasi penting disajikan dalam bentuk yang secara emosional memuaskan sebuah cerita atau percakapan atau film, biasanya akan diingat dengan baik.

5. Semantic

Memori terhadap kata-kata beserta simbol-simbol besrta maknanya adalah jenis memori yang kemungkinan besar nggak akan pernah hilang. Bahkan, kata-kata yang mungkin udah bertahun-tahun nggak pernah kita gunakan pun nggak akan lenyap.

Kelima memori ini menjadi kekuatan manusia. Jadi, kita harus bisa melatih untuk memfungsikan kelima memori ini secara maksimal. Karena, kekuatan memori akan menjadikan intelgensi, skills, dan aptitude seseorang semakin kuat, serta makin percaya diri dan yakin dirinya mampu menghadapi masa depan dengan sukses dan optimisme... =)

By : Mia Nugraha (disunting dari beberapa sumber)