Senin, 22 Maret 2010

Kutukan Joko Bandung


Zaman dahulu ada kerajaan di Pengging. Sang raja mempunyai seorang putera Joko Bandung namanya. Joko Bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah ia juga mempunyai berbagai ilmu kesaktian yang tinggi. Bahkan konon kesaktiannya lebih tinggi dari ayahnya karena Joko bandung suka berguru kepada para pertapa sakti.

Di Prambanan terdapat sebuah kerajaan, rajanya bernama Ratu Boko. Sang Raja mempunyai seorang puteri berwajah cantik jelita bernama Roro Jonggrang. Ratu Boko brtubuh tinggi besar sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturunan raksasa.

Antara Kerajaan Pengging dan Kerajaan Prambanan terjadi peperangan. Pada mulanya Raja Pengging kalah, tentara Pengging banyak yang mati di medan perang.

Mendengar kekalahan pasukan ayahnya maka Joko Bandung bertekad menyusul pasukan ayahnya. Dalam perjalanan di tengah hutan, Joko Bandung bertemu dan berkelahi dengan seorang Raksasa bernama Bandawasa. Menjelang ajal, Bandawasa yang juga berilmu tinggi ini ternyata menyusup ke dalam roh Joko Bandung dan minta namanya digabung dengan nama pemuda itu sehingga putra Raja Pengging ini bernama Joko Bandung Bandawasa. Joko Bandung maju ke medan perang, selama berhari-hari pertarungan berlangsung dengan seru antara dia dengan Ratu Boko, namun pada akhirnya pemuda itu dapat mengalahkan dan membunuh Ratu Boko.

Ketika Joko Bandung memasuki istana keputren, ia melihat Roro Jonggrang yang cantik jelita, Joko Bandung terkesima dengan kecantikannya, ia langsung jatuh cinta dan ingin segera memperisterinya. Namun Roro Jonggrang berusaha mengelak keinginannya, karena Roro Jonggrang tahu bahwa Joko Bandung yang telah membunuh ayahnya.

Namun untuk menolak begitu saja tentu Roro Jonggrang tidak berani, ia takut dibunuh oleh Joko Bandung. Maka Roro Jonggrang mengajukan syarat, ia mau diperisteri oleh Joko Bandung asalkan pemuda itu bersedia membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam, dalam waktu satu malam.

Menurut anggapn Roro Jonggrang, pasti Joko Bandung tidak mungkin bisa memenuhi persyaratan yang amat berat itu. Di luar dugaan Bandawasa yang telah bersatu dalam tubuh Joko Bandung menyatakanbahwa ia sanggup membantu Joko Bandung.

Joko Bandung yang sakti minta bantuan makhluk halus. Mereka bekerja keras setelah matahari terbenam dan stu persatu candi yang diminta oleh Roro Jonggrang mendekati penyelesaian.

Melihat kejadian tersebut Roro Jonggrang heran dan tercengang. Karena bangunan candi yang begitu banyak sudah hampir selesai. Pada tengah malam sewaktu para makhluk halus melanjutkan tugas menyelesaikan bangunan candi yang tinggal sebuah. Roro Jonggrang bergegas membangunkan gadis-gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil memukul-mukulkan alu pada lesung sehingga kedengaran suara yang riuh. Ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara-suara tersebut, makhluk halus segera menghentikan pekerjaanya. Disangkanya hari telah pagi dan matahari hampir terbit.

Permintaan Roro Jonggrang tidak bisa terpenuhi karena masih kurang satu bangunan candi. Maka, marahlah Joko Bandung, karena ulah dan tipu muslihat Roro Jonggrang.

Waktu itulah Joko Bandung mendekati gadis yang dicintainya dan berkata “Roro Jonggrang! Kau ini hanya mencari-cari alasan. Kalau tidak mau katakan tidak mau, jangan mencoba mengelabuhiku. Kau ini keras kepala seperti batu!”

Ucapan pemuda sakti itu tak bisa ditarik lagi. Seketika itu juga Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu besar di Candi Prambanan. Demikian juga anak-anak dara di sekitar Prambanan dikutuk oleh Bandung Bandawasa dengan ucapan “Kalian telah membantu Roro Jonggrang berbuat curang, maka jangan ada orang yang mengambil isteri sebelum gadis-gadis di sini mencapai umur tua.

Candi yang dibuat oleh para makhluk halus, meskipun jumlahnya tidak sampai mencapai seribu oleh masyarakat sekitar disebut Candi Sewu yang berdekatan dengan Candi Roro Jonggrang. Maka Candi Prambanan disebut juga Candi Roro Jonggrang.

Sedangkan gadis-gadis di daerah itu kebanyakan tidak laku kawin sebelum mencapai umur tua atau sebelum mereka pindah ke tmpat lain, karena kutukan dari Joko Bandung.


By : Mia Nugraha (disunting dari Cerita Rakyat Nusantara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar